pengertian CT-SCAN

Scan atau terkadang disebut juga CAT Scan merupakan suatu tes medis yang dapat membantu dokter untuk mendiagnosis suatu kondisi medis dan mengobatinya. CT Scan menggabungkan antar sinar-X khusus  dengan peralatan komputer canggih untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh. Gambar akan memperlihatkan penampang dari daerah yang sedang dipelajari dan selanjutnya dapat diperiksa pada monitor komputer atau dicetak. Hasil gambar dari CT Scan untuk organ dalam, tulang, jaringan lunak dan pembuluh darah terlihat lebih jelas dan lebih detail serta menyediakan informasi yang lebih rinci mengenai cedera kepala, stroke, tumor otak dan penyakit otak lainnya dibandingkan radiografi sinar-X biasa.

Kegunaan CT Scan
Kegunaan CT Scan pada dasarnya adalah untuk mendeteksi pendarahan di otak, cedera otak, patah tulang, tumor dan kanker serta penyakit dalam lainnya. Selain iti dapat juga digunakan untuk mendeteksi pembesaran rongga otak pada pasien Hydrocephalus dan perencanaan rekonstruksi bedah.

Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam penggunaan CT Scan antara lain: 
  • Memakai pakaian yang nyaman dan longgar untuk pemeriksaan, atau menggunakan seragam untuk dikenakan selama prosedur.
  • Benda logam, termasuk perhiasan, kacamata, gigi palsu dan jepit rambut serta alat bantu dengar dapat mempengaruhi hasil gambar CT Scan sehingga harus dilepas sebelum pemeriksaan.
  • Tidak makan atau minum apapun selama beberapa jam sebelum pemeriksaan.
  • Memberitahukan Dokter terkait obat apapun yang dikonsumsi dan jika memiliki alergi terhadap suatu materi atau bahan pengawet.
  • Menginformasikan kepada dokter dan ahli radiologi mengenai penyakit apapun yang diderita atau kondisi medis lainnya. Jika memiliki riwayat penyakit jantung, asma, diabetes terutama yang sedang mengkonsumsi glucophage, penyakit ginjal atau masalah tiroid dapat meningkatkan resiko efek buruk yang tidak biasa.
  • Untuk wanita, harus memberitahu dokter jika ada kemungkinan sedang hamil.
Prosedur kerja dari CT Scan dalam banyak hal sangat mirip dengan radioterapi sinar-X yaitu suatu bentuk radiasi seperti cahaya atau gelombang radio yang dapat diarahkan pada tubuh. Bagian tubuh yang berbeda akan menyerap berkas sinar-X dalam derajat tertentu. Dalam pemeriksaan sinar-X konvensional, tumbukan kecil dari radiasi akan ditujukan dan melalui tubuh kemudian gambar akan direkam pada film fotografi atau piringan khusus dimana tulang tampak putih, jaringan lunak muncul dalam nuansa abu-abu dan udara tampak hitam. CT imaging yang dihasilkan pada CT Scanner berupa gambar tubuh bagian dalam multidimensional yang sangat rinci. Perbaikan dalam teknologi detektor CT scanner baru memungkinkan untuk memperoleh beberapa irisan dalam satu rotasi. Scanner ini disebut "multislice CT" atau "multidetector CT" yang memungkinkan akan diperoleh irisan tipis dalam jangka waktu yang lebih pendek, lebih detail dan memiliki kemampuan tambahan. CTscanner modern memiliki kecepatan yang tinggi sehingga dapat menscan seluruh bagian tubuh hanya dalam beberapa detik. Kecepatan seperti itu bermanfaat untuk semua pasien terutama anak-anak, orang tua dan orang yang sakit parah. 
Kegunaan CT Scan
Untuk beberapa pemeriksaan, bahan kontras digunakan untuk meningkatkan visibilitas di daerah tubuh yang sedang dipelajari. Jika menggunakan bahan kontras, maka bahan tersebut akan ditelan atau disuntikkan melalui infus intravena (IV) atau dikelola oleh Enema, tergantung pada jenis pemeriksaan. Pemeriksaan dengan CT Scan umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, cepat hanya sekitar 10 menit dan mudah. Akan tetapi akan menimbulkan sedikit ketidaknyamanan karena harus diam selama beberapa menit.

Manfaat dari penggunaan CT Scanner antara lain: 
  • CT scan tidak menimbulkan rasa sakit, non-invasif dan akurat. 
  • Keuntungan utama dari CT Scan adalah kemampuannya untuk pencitraan tulang, jaringan lunak dan pembuluh darah, semua pada waktu yang sama.
  • CT scan memberikan gambar sangat rinci dari banyak jenis jaringan seperti paru-paru, tulang, dan pembuluh darah. 
  • Pemeriksaan CT Scan cepat dan sederhana dan dalam kasus-kasus darurat dapat menunjukkan luka atau pendarahan dengan cukup cepat untuk membantu menyelamatkan nyawa. 
  • Diagnosis dengan CT scan dapat menghilangkan kebutuhan untuk eksplorasi operasi dan biopsi bedah. 
  • Tidak ada radiasi yang masih berada dalam tubuh pasien setelah pemeriksaan dan Sinar-X yang digunakan dalam CT scan biasanya tidak memiliki efek samping.
Selain itu terdapat beberapa resiko dari penggunaan CT Scan, antara lain:  
  • Ada sedikit kemungkinan timbulnya kanker dari paparan radiasi yang berlebihan. Namun, manfaat dari diagnosis yang akurat jauh melampaui risiko. 
  • CT scan tidak dianjurkan untuk wanita hamil, kecuali jika secara medis diperlukan karena potensi resiko bagi bayi sedangkan pemeriksaan pada ibu yang sedang dalam masa menyusui harus menunggu selama 24 jam setelah injeksi bahan kontras sebelum melanjutkan menyusui. 
 sumber :http://www.azhie.net/2012/03/kegunaan-ct-scan.html

sifat - sifat sinar-X

     Daya Tembus

Sinar X dapat menembus bahan dengan daya tembus sangat besar dan digunakan dalam radiograf. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besr daya tembus sinarnya.
      b.      Pertebaran
Apabila berkas sinar X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan bertebaran kesegala jurussan, menimbulkan radiasi sekunder {radiasi hambur) padabahan/zat yang dilaluinya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur, maka diantara subjek dengan film rontgen diletakkan grid. Grid terdiri dari
potongasn-potongan timah tipis yang letaknya sejajar, masing-masing dipisahkan oleh bahan tembus sinar.
c.       Penyerapan
Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom
atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat
atomnya makin besar penyerapannya.
d.      Fluoresensi
Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink
sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :
1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar x saja.
2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat
walaupun radiasi sinar x sudah dimatikan (after – glow).
e.       Ionisasi
Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat
menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.
f.       Efek biologi
Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.
Sumber: Sjahrial, Rasad. Radiologi Diagnostik. Jakarta: FK UI. Ed. 2. 1995. Hal. 15-16
Efek Radiasi
            Radioterapi dengan sinar x, sinar gamma, dan partikel isotop radioaktif pada hakikatnya tergantung daripada energi yang diabsorpsi baik secara efek fotolistrik maupun efek kompton yang menimbulkan ionisasi pada jaringan. Akibat dari ionisasi terjadi kerusakan pada jaringan yang disebut efek biologis. Efek biologis terbagi menjadi dua yaitu efek somatic dan efek genetis.
a.       Efek somatik yang ditimbulkan oleh radiasi pengion terutama terlihat kelainan pada tubuh, yaitu:
Terhadap kulit: Dermatitis akut, dermatitis khronika, dan late effect dari dermatitis akuta.
Terhadap mata: menimbulkan konjungtivitis dan keratitis. Lensa mata sangat sensitive, sehingga pada penyinaran 400-500 rad akan menimbulkan katarak.
Terhadap alat kelamin: dosis 600 rad menimbulkan sterilitas.dosis rendah dapat menimbulkan mutasi gen dan kelainan pada keturunan. Pada wanita hamil akan akan terjadi kelainan foetus atau menimbulkan anomali/kelainan.
Terhadap paru-paru: menimbulkan batuk, sesak nafas, nyeri dada, dan fibrosis paru-paru.
Terhadap tulang: manimbulkan gangguan pertumbuhan tulang dan osteoporosis.
Terhadap saraf: myelitis den degenerasi jaringan otak.
b.      Efek genetik
Terjadi mutasi gen diperkirakan pada dosis 25-100 rem.
 

proyeksi temporal mandibula joint (TMJ)

Tujuan Pemeriksaan

Pemeriksaan temporal mandibula joint (TMJ) adalah suatu pemeriksaan secara radiologis dari persendian antara temporal dan mandibula, yang dilakukan dengan proyeksi AP Axial atau Inferosuperior Transfacial. 
3. Persiapan Alat
  • Pesawat roentgen siap pakai
  • Kaset sesuai dengan ukuran
  • Marker
  • Baju pasien 
  • Gonad shield
  • Apron 
4. Teknik Pemeriksaan
1. Proyeksi AP Axial 
a. Persiapan alat dan bahan : 
  1. Film dan kaset 18 x 24 cm 
  2. Pesawat sinar X 
  3. Marker 
  4. Alat fiksasi 
  5. Shielding 
b. Persiapan pasien : Pasien terbebas dari benda logam 
c. Posisi pasien : Posisikan pasien diposisi supine atau erect 
d. Posisi object : 
  1. Tempatkan pertengahan kaset pada MSP (Mid Sagital Plane). 
  2. Letakkan lengan diposisi nyaman 
  3. Atur bahu agar posisinya sama 
  4. Atur kepala maka MSP sejajar dengan film 
  5. Fleksikan leher agar orbitomeatal line tegak lurus dengan film 
e. CR : Arahkan sinar ke caudal dengan sudut 35º 
f. CP : 3 inci atau 7,5 cm diatas nasion 
g. FFD :100 cm 
h. Kriteria gambar : 
  1. kepala tidak mengalami rotasi. 
  2. tampak gambaran axial dari procesus condyloid dan mandibula fossae. 
  3. condilus dan TMJ terlihat pada pemeriksaan open mouth. 
  4. terjadi sedikit superposisi oleh condilus pada pemeriksaan closed mouth.
i. Hasil Foto AP Axial
2. Proyeksi Inferosuperior Transfacial 
a. Persiapan alat dan bahan : 
  1. Film dan kaset 18 x 24 cm 
  2. Pesawat sinar X 
  3. Marker 
  4. Alat fiksasi 
  5. Shielding 
b. Persiapan pasien : Pasien terbebas dari benda logam 
c. Posisi pasien : 
  1. Posisi semi prone khusus digunakan pada pasien yang tidak dapat berbaring dengan posisi prone. 
  2. Apabila pasien berdiri, pasien dapat lebih nyaman dengan posisi PA oblique. 
d. Posisi object : 
  1. Atur kepala pasien agar true lateral. Letakkan sisi yang diperiksa menempel pada kaset. 
  2. Akan terjadi sedikit tilt, jadi interpupilary line membentuk sudut 10º-15 º dari posisi tegak lurus. 
  3. Kepala juga akan mengalami putaran dari posisi lateral, jadi MSP membentuk sudut 15 º terhadap bidang kaset. 
  4. Hal ini mencegah superposisi daerah yang akan difoto dengan vertebra cervicalis. 
  5. Ekspose yang pertama dilakukan dengan mulut tertutup. Kemudian ganti kaset dan lakukan eksposi kedua dengan mulut terbuka. 
  6. Tahan napas saat diekspos. 
e. CR : Arahkan sinar ke chepalad dengan sudut 30º 
f. CP : Pada pertengahan kaset. Maksudnya sinar yang diarahkan ke inferior mandibula yang jauh dari film dan melalui atau menuju TMJ yang menempel pada kaset. 
g. FFD : 100 cm 
h. Kriteria gambar : 
  1. Tampak gambaran lateral oblique dari TMJ pada posisi open mouth dan closed mouth. 
  2. Mandibula pada sisi yang tidak menepel pada kaset tidak mengalami overlapping dengan daerah TMJ.
  3. TMJ bebas dari superposisi dengan vertebra cervicalis. 
  4. Pada pemeriksaan closed mouth, condyle akan terletak pada mandibular fossa 
  5. Pada pemeriksaan open mouth, condyle akan terletak pada articular tubercle apabila pasien membuka mulutnya dengan lebar.
sumber :http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/12/teknik-pemeriksaan-temporal-mandibula.html

proyeksi thorax

Anatomi daripada thorax
pada manusia :

1. FOTO THORAX POSISI PA

    Pasien diposisikan erect menghadap bucky stand (kaset vertikal), MSL // garis tengah kaset.
    Kedua punggung tangannya diletakkan di atas panggul dan siku ditekan ke depan.
    FFD 150 cm, CR horizontal, CP pada MSL setinggi CV thoracal VI
    Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh, berikan aba- aba : tarik napas … …tahan ! ………... Nafas biasa...!


KRITERIA GAMBAR :

    Foto mencakup keseluruhan thorax, bagian atas: apeks paru-paru tidak terpotong
    Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong
    Diafragma mencapai iga ke- 9 belakang
    Kedua Os scapula terlempar ke arah lateral
    C.V. Thoracalis tampak s/d ruas keempat
    Tampak bayangan bronchus
    Foto simetris
    Tampak marker R/ L

2. FOTO THORAX POSISI AP

    Pasien diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja pemeriksaan/brandcar.
    Kedua lengan lurus disamping tubuh.
    Kaset di belakang tubuh, MSL // grs tengah kaset
    FFD: 150 cm
    CR tegak lurus kaset, CP pada MSL setinggi CV TH VI
    Beri marker L / R
    Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh


KRITERIA FOTO THORAX POSISI AP :

    Tampak gambaran thorax proyeksi AP
    Batas atas apex paru
    Batas bawah sinus costophrenicus
    Dinding lateral tidak terpotong
    CV TH sampai ruas ke empat
    Diafragma mencapai iga IX belakang
    Tampak bayangan bronchus
    Marker L / R & identitas pasien
    Foto simetris


3. FOTO THORAX POSISI LATERAL

    Pasien diposisikan erect, MSP // kaset
    Kedua lengan dilipat di atas kepala
    Pasang Marker L / R sesuai dengan sisi yang dekat ke kaset
    FFD: 150 cm,
    CR : horizontal
    CP kira-kira satu inci ke depan dari MCL setinggi CV TH VI
    Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh

KRITERIA GAMBARAN POSISI LATERAL:

    Tampak gambaran thorax proyeksi lateral
    Bagian Anterior mencakup gambaran sternum
    Bagian Posterior mencakup Col.Vert. Thoracalis
    Batas atas apex paru
    Batas bawah sinus coctoprhenicus dan paru posterior
    Gambaran iga-iga kiri dan kanan superposisi
    Gambaran bahu tidak menutupi apex paru

sumber: http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/01/teknik-radiografi-thorax.html

penemu sinar-X


Penemu Sinar-X adalah William Conrad Rontgen, dan dia mendapatkan Nobel pada 1901 dalam bidang kedokteran atas penemuan tersebut.

Meski Rontgen dianggap sebagai penemu Sinar-X, namun penemuan itu tidak akan terjadi jika tanpa Sir William Crookes, Phillipp Lenard, dan Heinrich Hertz yang memungkinkan Sinar-X ditemukan. Lebih dari itu, Rontgen sendiri menemukan Sinar-X karena kebetulan.

Perjalanan penemuan Sinar-X dimulai pada paruh kedua abad ke-19. Pada tahun 1870-an, Sir William Crookes menemukan tabung sinar katoda yang pertama. Ia menempatkan dua elektroda logam dalam tabung vakum gelas, dan menghubungkan kedua pelat yang berhadapan tersebut dengan tegangan listrik tinggi. Crookes menemukan adanya ruang yang menghitam di dekat elektroda katoda (negatif) dan pengaruh berpijar di elektroda anoda (positif).

Penemuan Crookes di atas kemudian dikembangkan oleh Phillipp Lenard yang membuat tabung sinar katoda berbahan alumunium dengan celah atau berjendela, sehingga memungkinkan sinar tadi menyebar ke dalam udara. Ketika Lenard mengarahkan sinar tersebut ke layar yang dilapisi fosfor, ia melihat sinar itu menyebabkan layar memancarkan cahaya yang berkaitan dengan jarak dan kecepatan sinar. Ia juga menemukan sinar katoda diserap oleh senyawa dalam kaitan dengan kepadatan fisiknya.

Kemudian, pada tahun 1892, Heinrich Hertz, ahli fisika terkenal, menunjukkan bahwa sinar katoda tidak hanya dapat diserap, tetapi juga bisa menembus lembaran logam tipis. Dari situlah kemudian, William Conrad Rontgen—secara kebetulan—menemukan Sinar-X pada tahun 1895.

Rontgen belajar dan mengajar di berbagai universitas di Jerman. Ketika ia diangkat menjadi rektor University of Wurzburg pada 1894, Rontgen memusatkan risetnya untuk menciptakan kembali percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan Crookes, Lenard, dan Hertz. Pada waktu ia mengoperasikan tabung Crookes dalam kotak tertutup dan tidak tembus caha

Setelah itu, Rontgen melanjutkan penelitiannya dengan menempatkan berbagai benda di antara tabung katoda dan layar yang dilapisi barium platinosida. Hasilnya, ia menemukan bayangan yang tercetak pada layar oleh sinar tersebut, berkaitan dengan komposisi bendanya, dan sinar itu dapat membentuk bayangan pada pelat fotografi.

Karena tidak dapat menjelaskan secara tepat atas sifat atau alasan dari perambatan radiasi tersebut, Rontgen pun menamai sinar itu sebagai Sinar-X, suatu istilah yang kemudian sangat populer. Tepat pada 22 Desember 1895, ia membuat fotogram dari berbagai benda logam, dan merekam struktur tulang istrinya—itu menjadi foto Sinar-X pertama di dunia. Pada tahun 1901, Rontgen mendapatkan Nobel untuk penemuannya.

ya, Rontgen melihat ada pancaran sinar flouresens dalam sampel barium platinosida di meja yang tak jauh dari situ. Itu merupakan pengamatan pertama atas sinar katoda yang berpengaruh pada sesuatu yang berjauhan.

sumber :  http://belajar-sampai-mati.blogspot.com/2011/01/siapa-penemu-sinar-x.html

pengertian dan pembuatan sinar-X


Sinar X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang cenderung sangat pendek, akan tetapi memiliki energi yang sangat besar. Sinar X juga mempunyai daya tembus yang sangat tinggi. Selain itu, sinar X juga memiliki kemampuan mengionisasi atom dari materi yang dilewati, selanjutnya menjadikan sebagai salah satu bentuk radiasi elektromagnetik.

Sinar X mempunyai ukuran panjang mulai dari 0,01 sampai 10 nanometer dengan frekuensi mulai dari 30 petaHertz sampai 30 exaHertz dan mempunyai energi mulai dari 120 elektroVolt hingga 120 kilo elektroVolt. Kemampuan sinar X menembuh bahan sering kali dimanfaatkan pada bidang medis, seperti dalam ranah Radiologi Diagnostik.

Sinar X terbentuk pada saat elektron-elektron bebas melepaskan sebagian energi saat terjalin interaksi dengan elektron lain yang mengorbit atau dengan inti atom atau nukleus. Energi yang dilepaskan dari elektron ini berupa foto sinar X.

Kawat filamen yang dipanaskan trafo filamen dapat membangkitkan awa-awan elektron. Awan elektron tersebut menggerus target pada saat diberikan beda potensial yang tinggi. Pada saat awan elektron menggerus target, maka timbul enenrgi panas dengan kisaran 99% dan sinar sebanyak 1%.

Adapun syarat terjadinya sinar X adalah adanya ruang hampa udara, beda potensial yang tinggi, sumber elektron, target tumbukan, serta focusing.

Sumber: http://libratama.com/pengertian-dan-pembentukan-sinar-x/

pengertian radiologi

Radiologi merupakan suatu ilmu tentang penggunaan sumber sinar pengion dan non-pengion , yang biasa digunakan adalah sinar X. Bidang bidang dalam radiologi kita mengenal ada RADIODIAGNOTIK , RADIOTERAPI , KEDOKTERAN NUKLIR , USG (ULTRASONOGRAFI) , MRI (MAGNETIK RESONANCE IMAGING) . Mari kita lanjutkan penjelasan tentang satu persatu.

1. Radiodiagnostik : merupakan salah satu cabang ilmu radiologi yang memanfaatkan sinar pengion untuk membantu diagnosa dalam bentuk foto yang didokumentasikan.

2. Radioterapi : merupakan salah satu terapi penyakit terutama untuk penyakit seperti tumor yang mengalami keganasan dengan sinar radioaktif.

3. Kedokteran Nuklir : merupakan bidang kedokteran yang memanfaatkan materi radioaktif untuk menegaskan diagnosa dan mengobati penderita serta mempelajari penyakit manusia.

4. USG : ultrasonografi merupakan penggunaaan gelombang suara frekuensi tinggi untuk membantu diagnosa.

5. MRI : merupakan teknik diagnosa yang memanfaatkan medan magnet dan gelombang frekuensi radio. Pemeriksaan ini tidak menimbulkan radiasi ionisasi, dan dapat diperoleh hasil berupa penampang dari berbagai arah.

sumber :http://hamkazio.wordpress.com/2012/10/24/pengertian-radiologi/

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme